Royal Golden Eagle merupakan sebuah korporasi besar yang berbasis pada sumber daya alam. Sustainability menjadi salah satu poros penting dalam menjamin keberlangsungan operasional bisnis. Sistem berbasis produksi berkelanjutan pun menjadi cara perusahaan Sukanto Tanoto untuk tetap bertahan. Untuk alasan itu jugalah, grup RGE berkomitmen untuk mendukung berbagai upaya perlindungan hutan, termasuk mendukung program sertifikasi produksi berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah.
Salah satu unit bisnis Royal Golden Eagle yang telah mengikuti program sertifikasi produksi berkelanjutan adalah Asian Agri yang merupakan salah satu perusahaan penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Dengan luas perkebunan mencapai 100.000 hektar dan 60.000 hektar yang berupa kebun plasma, sedikitnya 1,2 juta metrik ton CPO (crude palm oil) diproduksi setiap tahunnya. Meski demikian, sebagai bentuk dukungan terhadap perlindungan hutan, Asian Agri tidak lagi memperluas kebunnya sejak tahun 2003.
Menerapkan Kebijakan “No Burn” Secara Ketat dan Manajemen Perkebunan Berkelanjutan
Melalui Asian Agri, grup Royal Golden Eagle menerapkan kebijakan no burn secara ketat. Selain berhenti memperluas lahan, pengelolaan kebun kelapa sawit juga dilakukan tanpa melakukan pembakaran lahan.
Penerapan kebijakan no burn perusahaan Sukanto Tanoto diwujudkan dalam pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi canggih. Manajemen perkebunan sepenuhnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip keberlanjutan.
Untuk mengukuhkan komitmen RGE dalam menjalankan praktek bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satu unit bisnisnya, yakni Asian Agri juga turut menjadi bagian dari asosiasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO sendiri merupakan asosiasi yang beranggotakan organisasi dari berbagai industri kelapa sawit yang berkomitmen untuk mengembangkan dan menerapkan standar produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Melalui asosiasi ini, Asian Agri ingin berkontribusi dalam menjaga area High Carbon Stock (HCS) dan High Conservation Value (HCV).
Pabrik pengolahan Asian Agri juga telah menggunakan teknologi canggih dan sumber energi terbarukan. Pemanfaatan biogas dilakukan demi menekan produksi emisi gas. Sedikitnya, perusahaan Sukanto Tanoto ini memiliki 10 pembangkit listrik biogas untuk menggerakkan operasional pabrik dan kawasan di sekitarnya. Tidak cukup sampai di situ saja, Asian Agri juga menargetkan akan membangun total 20 pembangkit listrik biogas di tahun 2020.
Grup RGE Mendorong Petani Swadaya untuk Mengikuti Program Sertifikasi
Bentuk dukungan grup Royal Golden Eagle terhadap upaya perlindungan hutan tidak hanya dilakukan dengan jalan mengikuti program sertifikasi produksi berkelanjutan. Perusahaan juga turut mendorong petani swadaya yang bekerja sama dengan unit bisnis RGE untuk mengikuti program yang sama.
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh Asian Agri tidak hanya berasal dari kebun yang dikelola oleh perusahaan. Untuk memenuhi target produksi, Asian Agri juga bekerja sama dengan petani swadaya. Kerja sama ini dijalin sebagai upaya untuk membantu para petani, khususnya dalam hal memasarkan produknya.
Meski demikian, perusahaan Sukanto Tanoto hanya menerima kelapa sawit dari sumber-sumber yang telah mendapatkan sertifikasi. Asian Agri tidak menerima kelapa sawit dari sumber yang terbukti melakukan deforestasi ataupun melakukan pembakaran lahan.
Grup Royal Golden Eagle juga memberi bantuan kepada para petani swadaya yang ingin mengikuti program sertifikasi. Bantuan ini diwujudkan dengan menggandeng United Nations Programme (UNDP) dalam urusan advokasi. Tidak hanya itu, grup RGE juga bekerja sama dengan Tanoto Foundation dalam pengembangan pusat Unggulan Program Inisiatif Kelapa Sawit Berkelanjutan. Program ini pun dicanangkan demi membantu meningkatkan standar petani swadaya yang bekerja sama dengan Royal Golden Eagle.
Leave a Reply